Sabtu, 17 Mei 2014

Mimpi, Harapan dan Wujud Nyata



“Mimpi, Harapan dan Wujud Nyata Pemuda Sarjana Dalam Membangun Diri dan Masyarakat Desa” adalah sebuah jargon (suatu ungkapan yang memiliki makna) yang aku buat sendiri. Entah mengapa jargon itu tiba-tiba muncul dalam pikiranku dan kemudin aku tuangkan dalam bentuk gambar. Namun makna dan arti dari jargon tersebut belum pernah terpikirkan sampai dengan malam hari setelah pagi harinya aku tuangkan jargon itu dalam bentuk gambar,ketika itu ak sedang tidak bisa tidur karena serangan migrain yang entah kenapa bisa muncul lagi setelah sekian lama tidak kambuh. Saat menahan rasa sakit di kepalaku dan untuk mengalihkan perhatian agar tidak terlalu terasa sakit maka arti dan makna jargon itu muncul. Dan muncul pula ide untuk menulisnya di blog setelah sekian lama tidak pernah membuka dan posting di blog karena sikontol panjang (situasi, kondisi, toleransi, pandangan dan jangkauan) yang tidak memungkinkan.

Aku memang bukan orang cerdas, bukan pula sastrawan atau pujangga yang begitu mengeluarkan kata-kata langsung terpikir maknanya atau mungkin memikirkan makna dulu baru mengeluarkan jargon. Aku bukan pula filsuf yang jargon dan kata-katanya sangat hebat dan mampu mempengaruhi hidup banyak orang. Aku hanya Peserta Program Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan di Pedesaan (PSP3) dari Kemenpora RI. Namun jargon ini muncul dari pemikiran sendiri karena kerap mendengar keluh kesah temanku sesama PSP3 yang selalu bilang bosan, jenuh, dan bahkan stress. Aku juga bingung kenapa mereka merasakan seperti itu, padahal aku dalam kondisi yang sama dengan teman-temanku itu, atau mungkin memang aku sudah terbiasa dengan kondisi seperti ini bahkan lebih buruk dari yang sekarang? Entahlah, yang jelas pikiran postif, ikhlas, dan rasa tanggung jawab akan tugas yang diemban oleh ku menjadi motivasi sendiri yang membuat aku tidak pernah mengatakan dan jangan sampai mengeluh.

Apapun itu yang utama disini aku ingin menulis apa makna dan arti dari jargon Mimpi, Harapan dan Wujud Nyata Pemuda Sarjana Dalam Membangun Diri dan Masyarakat Desa” yang mungkin dapat menginspirasi dan menumbuhkan motivasi. Jargon itu terdiri dari kata-kata yang semiliki arti sendiri dan saling berhubungan. Jargon ini mengambarkan sebuah proses tujuan dan manfaat dari program PSP3. Apa itu? Mari kita simak.


Mimpi            :   menurutku mimpi adalah sebuah angan – angan yang masih sangat jauh dari kenyataan namun masih memiliki kemungkinan terwujud. Mimpi disini dianalogikan ketika kita masih sekolah, dimana kita mempunyai mimpi ingin memajukan, membangun, dan memperbaiki diri demi memperbaiki kondisi masyarakat sekitar kita meski intensitasnya masih sangat kecil. Kita sering mendengar keluh kesah orang tua tentang kondisi sosial ekonomi dan kemasyarakatan di lingkungan kita.
Harapan         :   menurutku harapan adalah angan-angan yang kemungkinan terwujudnya semakin besar karena sudah ada jalan menuju terwujudnya angan-angan tersebut. Harapan ini banyak muncul saat kita menjadi mahasiswa, dimana kita sudah memiliki pemikiran yang lebih dewasa. Bahkan mahasiswa sering menunjukkan harapan tersebut dengan cara demonstrasi yang berujung pemaksaan dan keributan. Sampai kita lulus dan bertitel Sarjana harapan membangun diri dan masyarakat mulai terbuka lebar. Apalagi ketika ada program PSP3, lalu kita mendaftar dan lolos untuk di tempatkan di desa penempatan masing-masing.
Wujud Nyata  :   adalah implementasi apa yang kita dapatkan di dunia pendidikan dan masyarakat sekitar kita untuk kita gunakan dalam membangun diri dan masyarakat di tempat lain. Sederhananya mengaplikasikan apa yang sudah kita dapatkan selama ini untuk kemajuan diri sendiri dan untuk orang lain. Lebih sederhana lagi “Mengabdi Ke Masyarakat”. Tugas PSP3 secara sederhana adalah membangun pedesaan dengan segala hal potensi diri dan potensi daerah penempatan semaksimal mungkin.

Jadi Program PSP3 adalah jalan guna mewujudkan mimpi dan harapan kita sebagai pemuda sarjana terpilih guna membangun diri sambil membangun masyarakat di desa. Sangat besar manfaat dari program ini bagi pemuda yang katanya intelektual, dimana para pemuda sarjana tidak diarahkan untuk menjadi pegawai di suatu instansi atau kantor tertentu. Akan tetapi diarahkan untuk mandiri dengan ditempatkan jauh dari daerah asal, berwirausaha, dan membuka lapangan pekerjaan di daerah penempatan. Itulah yang dimaksud “Membagun Diri dan Masyarakat Desa”.

Rule dan alur yang sedang kita laksanakan sudah jelas, jadi apa yang menyebabkan teman-teman ku selalu berkeluh kesah? Mungkin karena hati belum didasari berbakti kepada masyarakat. Memang susah untuk melakukan sesuatu bukan karena hati, kebanyakan karena money oriented. Padahal yang namanya membangun diri dan mengabdi ke masyarakat jiwa sosialnya harus lebih tinggi daripada profit atau money oriented. Ditambah rasa tanggung jawab yang besar dalam melaksanakan tugas sekecil apapun harus di tanamkan. Mungkin program PSP3 tidak seperti yang kita bayangkan, tapi jika kita membiasakan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas sekecil apapun maka segala kekesalan dan kekecewaan terhadap pengelolaan program PSP3 yang carut marut oleh pemerintah pusat akan dapat ditekan meski tidak bisa dihilangkan sepenuhnya. Aku teringat sebuah kata dalam Sandi Adat Ambalan Ksatria Kendalisada milik DKC Banyumas yang menjadi landasanku dan teman-temanku saat aku masih di DKC Banyumas, yaitu “Menghindar dari tanggung jawab bukanlah sifatnya”, itulah yang selalu mendasari aku selalu berusaha bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas sekecil apapun apalagi tugas besar dam mulia dari negara.

Profit yang kita dapatkan dari melaksanakan program ini kita tempatkan sebagai reward bagi kita, bukan tujuan utama, karena PSP3 adalah pengabdian kepada masyarakat. Diniatkan sebagai ibadah akan menjadikan pikiran kita lebih tenang. Aku kembali ingat kata dalam sandi adat Ksatria Kendalisada yang berbunyi “Menolong tanpa sombong, Merangkum buana alam semesta dengan kasih, Mengalirkan air kehidupan sebagai seorang patriot bangsa”. Dengan PSP3 mari kita menjadi generasi muda yang bisa merubah bangsa ini kedepan menjadi bangsa yang lebih baik dan kuat. Bekerja di instansi pemerintah (PNS, wakil rakyat, pejabat negara dan publik) kalau tidak didasari semangat pengabdian dan patriotisme maka yang terjadi adalah KKN.

Ah…kok malah ngelantur ngomongnya, oke lah itu hanya sebuah jargon dari orang yang bernama Nuzul Wahyudi, sebuah ungkapan atau jargon yang biasa-biasa saja. Tapi semoga bermanfaat bagi teman-teman seperjuangan maupun teman-teman yang lain meski sangat sedikit. Karena prinsip pengabdian adalah “Setitik Bhaktimu mungkin tak berarti, namun Keihklasanmu sangat berarti”. Mari kita wujudkan “Pemuda Maju, Olahraga Jaya, NKRI Harga Mati”. Semangat teman-teman PSP3!! Semangat 55!!


Sabtu, 10 Mei 2014

Keberhasilan Raimuna Cabang Banyumas Tahun 2014

 Raimuna yang berlangsung dari tanggal 12-15 April 2014, 3 malam
berturut-turut hujan beserta badai menerpa tapak-tapak perkemahan
peserta Raicab 2014 dari yang jatuh pingsan hingga ditemani oleh
“mbahnya” menjadi momen tersendiri dari kegiatan Raimuna Cabang.
Imbasnya peserta diharapkan mampu bertahan dari apa yang dialami dan
siap tempur dalam medan berbadai peluru.



Keberhasilan Raimuna Cabang Banyumas Tahun 2014