Senin, 18 Juni 2012

Pakaian Werkudara dan Anoman

Setiap Tokoh dalam Pewayangan memakai busana yang juga melambangkan sifat serta kedudukanya. Yang terkenal adalah busana yang dipakai oleh dua tokoh wayang yang merupakan Titisan Batara Bayu, yaitu Anoman dan Werkudara. Meski mereka berbeda bangsa, Anoman dari bangsa Manusia Kera, sedangkan Werkudara adalah bangsa Manusia dan merupakan putra seorang raja, namun mereka memakai pakaian yang sama sebagai tandan Manunggaling Bayu, atau Satu keturunan Bayu, Satu guru Bayu. meskipun sama tapi ada yang dipakai oleh Werkudara yang tidak dipakai oleh Anoman, karena Werkudara mendapatkan busana atau perhiasan itu bukan sebagai ciri khas Titisan Bayu.

Berikut adalah busana atau pakaian yang digunakan Bima atau Werkudara atau Bimasena atau Bayusuta. (dicetak tebal hitam yang sama-sama dipakai Werkudara dan Anoman, yang dicetak tebal merah yang hanya dipakai Werkudara.):


 Gelung Minangkara Cinandhi Rengga Endhep Ngarep Dhuwur Mburi (Endhep Ngarep Dhuwur Mburi: Rendah Depan, Tinggi Belakang), artinya Raden Wrekudara dan Raden Anoman merupakan ksatria yang tidak senang pamer dan sombong mengenai kepandaian yang dipahami serta dapat menunjukkan dirinya sebagai makhluk Tuhan, dan juga Tuhan sebagai penguasa yang harus disembah.Itulah Arti dari Endhep Ngarep Duwur Mburi di depan rendah hati dan tidak sombong, di belakang sebenarnya berilmu tinggi.

Pupuk Mas Rineka Jaroting Asem, artinya pupuk mas ( Perhiasan ) yang berada pada dahi Raden Wrekudara dan Raden Anoman seperti akar pohon asem yang wujudnya rumit, mewujudkan bahwa Raden Wrekudara dan Raden Anoman memiliki akal pikiran yang sangat maju.

Sumping Pudhak Sinumpet, artinya Raden Wrekudara dan Raden Anoman memiliki pengetahuan agama yang dalam tetapi disembunyikan, seperti layaknya orang bodoh namun sesungguhnya pengertian Raden Wrekudara dan Raden Anoman ibarat luasnya Samudra.

Anting-anting Panunggul Maniking Toya, artinya Raden Wrekudara dan Raden Anoman adalah orang yang memiliki pandangan yang luas sehingga sulit untuk ditipu.

Kelat Bau Rineka Balibar Manggis Binelah Tekan Kendhagane Trus Njaba Njerone, Binasakake bawa leksana, datan kersa ngoncati pangandikan kang wus kaweca, artinya perhiasan yang dikenakan di lengan Raden Wrekudara dan Raden Anoman seperti belahan buah manggis yang melambangkan orang yang teguh terhadap janjinya (Binasakake bawa leksana) dan tidak pernah mengingkari apa yang pernah diucapkan (datan kersa ngoncati pangandikan kang wus kaweca).

Gelang Candrakirana, artinya gelang yang dipakai oleh Raden Wrekudara dan Raden Anomana berwujud seperti bulan purnama, sebagai symbol orang yang memiliki pengetahuan yang benar serta luas yang digunakan untuk diamalkan kepada sesama.

Kuku Pancanaka, artinya lima kuku yang sama panjangnya pertanda bahwa Raden Wrekudara dan Raden Anoman adalah orang yang mampu menyimpan berbagai macam pengetahuan serta sebagai pelindung para Pandawa untuk Werkudara dan Pelindung Ramawijaya Untuk Anoman. Dan sekaligus sebagai ciri khas bahwa mereka adalah Titisan Batara Bayu, dimana Batara Bayu pun memikiki Kuku Pancanaka.

Kampuh Poleng Bang Bintulu, kampuh/ kain yang mempunyai 4 macam warna di dalamnya. Pewarnaan kampuh yang berjumlah 4 macam tersebut merupakan bentuk simbolisasi dan nafsu manusia, yaitu Lawwamah, Sufiah, Ammarah, dan Mutmainah. Nafsu merah dari desakan kedugingan yang berasal dari anasir api, nafsu hitam berasal dari anasir tanah, nafsu kuning berasal dari anasir suasana ( udara ) dan nafsu putih yang berasal dari anasir air. Empat nafsu tersebut merupakan pembentuk jasmani. Masing-masing anasir membawa sifat asalnya. Empat nafsu itu yang menjadi musuh manusia yang harus dikendalikan, atau dikalahkan.Serta Ciri khas ke dua selain Kuku Pancanaka sebagai pertanda titisan Batara Bayu.

 Paningset Cindhe Bara Binelah Numpang Wentis Kanan Kering, artinya ikat pinggang cindhe yang dikenakan Raden Wrekudara dan Raden Anoman melambangkan orang yang sudah menguasai keyakinan religi dengan tuntas.

Kalung Nogobondo, yaitu kalung dari ular, dimana ular tersebut akan menjaga Raden Werkudara dan Raden Anoman agar tetap jujur. Jika tidak jujur maka kalung itu akan berubag menjadi ular dan menggigit keduanya sampai mati..

Porong Nagaraja Mungwing Dhengkul. Yaitu celana bergambar naga dan meutupi lutut Raden Werkudara. Maknanya Raden Wrekudara memegang kebenaran dan memantapkan ilmu diri terhadap kritik dan pendapat orang lain. Raden Wrekudara mengenakan Porong Naga Raja juga sebagai pertanda bahwa dia telah bertemu dengan Dewa Ruci.

Tidak ada komentar: